Sabtu, 28 Januari 2012

Manusia Dan Takdir


             Berbicara tentang takdir, pasti timbul pertanyaan. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan takdir? Menurut saya, Takdir adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan sejak awal. Dan dalam konteks islam, yang menentukan semua itu hanya Tuhan kita Allah SWT.
            Sebenarnya takdir itu sudah ditentukan oleh Allah sejak kita lahir. Kita akan jadi apapun sekarang sudah tertulis di akhirat sana. Namun manusia yang penuh keterbatasan tak bisa memprediksi takdir mereka. Di lain tempat ada juga yang mencoba memprediksi takdir mereka. Padahal memprediksi takdir itu melenceng dari ketentuan islam.
            Perbuatan manusia yang suka memprediksi takdir mereka itu seolah-olah menentang kekuasaan Allah. Kita manusia sudah diberi kenikmatan yang bisa dibilang gratis. Contohnya udara. Kita bebas menghirup udara untuk bisa hidup. Bayangkan jika udara yang kita hirup berisi racun. Apa daya kita jika itu terjadi. Ini membuktikan bahwa kehidupan kita di dunia ini sudah digariskan oleh Allah.
            Ada pula beberapa macam takdir.
1.      Takdir tuhan yang berlaku pada fenomena alam fisika sebagaimana diisyaratkan oleh beberapa kutipan ayat Al-Quran. (bersifat obyektif)
2.      Takdir yang berkenaan dengan hukum sosial (sunnatullah)   yang berlakunya dengan melibatkan manusia hadir didalamnya.
3.      Takdir dalam hukum kepastian Tuhan yang berlaku secara time respons-nya lebih jauh lagi setelah manusia memasuki alam akhirat.
Saya pernah mendengar tentang sebuah statement yang menyatakan bahwa manusia yang menentukan takdir mereka sendiri. Nah, mungkin itu juga yang dimaksud dengan kebebasan manusia terhadap takdir. Saya pernah diberitahu oleh guru agama saya di SMA, seorang manusia akan mengetahui takdir mereka setelah mereka berusaha secara maksimal. Contohnya seorang ilmuwan luar negeri yang saya lupa namanya, tapi ia dari kecil bercita-cita menjadi astronot. Hingga ia dewasa cita-citanya tidak berubah. Namun apa daya, dia hanya seorang PNS, jauh dari harapan menjadi astronot. Tapi apa yang ia lakukan? Dia tetap berkeinginan menjadi astronot. Dia selalu berdoa kepada tuhannya agar impiannya tercapai. Dan pada suatu hari, tim astronot dari NASA membutuhkan 1 orang astronot lagi. Dan mereka mengadakan pendaftaran yang bersyarat PNS. Singkat cerita ilmuwan yang dulunya PNS itu merasa doanya dijabah lalu mengikuti seleksi astronot. Namun ia gagal di seleksi akhir. Betapa sakit hatinya ia pada tuhan, perjuangan kerasnya tanpa hasil. Hingga ketika para astronot itu akan lepas landas naik roket mereka, si ilmuwan itu menyaksikan dari bawah. Dan apa yang terjadi, roket yang ditumpangi astronot itu meledak selang beberapa detik lepas landas. Si ilmuwan pun tersentak kaget dan ia sadar. Ternyata ia memang ditakdirkan untuk tidak jadi astronot.
Cerita yang agak panjang diatas menunjukkan bahwa takdir berpengaruh terhadap diri manusia. manusia diakatakan sudah menemui takdirnya ketika ia sudah berusaha maksimal, dan mencapai hasil. Tuhan itu baik, manusia diberi pilihan untuk hidup dengan takdir mereka. Dan yang membuat takdir mereka dikatakan jelek adalah diri mereka sendiri. Jika ingin takdir mereka baik, maka berbuat baiklah.
Takdir punya hikmah tersendiri bagi manusia. manusia bisa lebih dekat dengan sang pencipta demi takdir mereka. Secara otomatis perbuatan mereka akan semakin baik, dan lebih terarah. Butuh pemahaman yang lebih ketika seorang manusia merasa takdirnya begitu kejam. Sebenarnya ia hanya memperkejam takdirnya sendiri. Saya sudah katakan, tuhan itu baik. Hanya manusia yang susah untuk bersyukur dan berterima kasih. Mereka selalu menuntut apapun yang mereka inginkan tanpa melihat sikap mereka. Jadi, bertindaklah sebaik-baiknya orang hidup. Maka takdir seorang manusia akan dimuliakan Tuhan.


Pustaka :
Junaidi, S.Ag.,M.Hum, STUDI AGAMA JILID 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ratings and Recommendations by outbrain